Minggu, 25 Januari 2009

DRAKULA ADALAH PEMBANTAI UMAT ISLAM MASA LALU

Membongkar Sebuah Kebohongan

Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh
bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang
dilakukan Barat.
Bermula dari novel buah karya Bram
Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya
kemudian semakin dikaburkan lewat film-film
seperti Dracula's Daughter (1936), Son of Dracula
(1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu
(1922)-yang dibuat ulang pada tahun 1979-dan
film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi.

Dalam buku berjudul "Dracula, Pembantai Umat
Islam Dalam Perang Salib" karya Hyphatia Cneajna
ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam
buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan
pangeran Wallachia , keturunan Vlad Dracul.

Dracula dilahirkan ketika peperangan
antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil
Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil
Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut
berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan
wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang
berada di Eropa maupun Asia . Puncak dari
peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel-
benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.

Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula
merupakan salah satu panglima pasukan Salib.
Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan
pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia
memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula
mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban
tersebut dibunuh dengan berbagai cara-yang
cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat
biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku
kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula.
Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat
kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus
dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa
yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah
ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula
menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala.

Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas
itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat.
Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua
sebab. Pertama, pembantaian yang dilakukan
Dracula terhadap umat Islam tidak bisa dilepaskan
dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada
masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan
Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang
getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol
Pot akan enggan membuka borok mereka sendiri. Hal
ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin
menang sendiri. Kedua, Dracula merupakan pahlawan
bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula
maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya.
Dan, sampai saat ini di Rumania , Dracula masih
menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar
sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil
sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan
kelemahannya.

Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh
Barat tersebut?
Tidak lain Sultan Mahmud II (di
Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang
Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang
sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah
mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi
Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha
dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar
merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka
diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya
bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini
selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud
II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa
merekalah yang paling superior, yang bisa
mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali
lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.


















1 komentar:

Zara Adrian mengatakan...

Dasar !!!
Orang Barat memang Brengsek bin Biadab....!!!
Ntar liat aja, di Neraka giliran mereka yang di Sula,,, Jadi Sate !!!